TEORI-TEORI ADMINISTRASI PENDIDKAN

Nama   : Karina Martini
Nim     : 1911123748
Kelas   : 2C P.B.Indo
Dosen  : Karyo Ariyanto, M.Pd


TEORI-TEORI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

A. Teori Klasik

Teori klasik berasumsi bahwa pekerja atau manusia itu bersifat rasional, berpikir logika, dan kerja merupakan suatu yang diharapkan. Salah satu teori klasik adalah manajemen ilmiah yang dipelopori Federik W. Taylor. Sasaran pada pendekatan ini adalah kemakmuran maksimum bagi pengusaha dan karyawan. Selanjutnya Prinsip Studi Waktu dipelopori oleh Gilbreth menyatakan bahwa semua usaha yang produktif diukur dengan studi waktu secara teliti. Berdasarkan studi waktu muncul Prinsip Hasil Upah yaitu upah diberikan harus sesuai dengan hasil yang besarnya ditentukan dari studi waktu.
Pelopor klasik yang lain yaitu Henri Fayol yang menyatakan ada 5 pedoman manajemen yaitu: perencanaan, pengorganisasian, pengkomandoan, pengkordinasian, dan pengawasan. Prinsip-prinsip pokok menurut Fayol:

1) kesatuan komando,
2) wewenang harus didelegasikan,
3) inisiatif harus dimiliki seorang manajer,
4) adanya solidaritas kelompok. Prinsip-prinsip tersebut harus bersifat luwes.

Meskipun teori ini memiliki keunggulan dalam mencapai efisiensi organisasi, sekarang ini tidak banyak berkembang karena sudah tidak sesuai denan perkembangan jaman yang semakin global. Patokan-patokan pada teori klasik sudah tidak mencukupi pengaruh globalisasi yang semakin bergolak. Sehingga muncul teori neo klasik.Contoh dalam teori ini pentingnya manajer mempertahankan wewenang formal, tetapi sekarang karyawan semakin terdidik sehingga mereka kurang dapat menerima wewenang formal.
Kelemahan teori klasik menurut Filley, Kerr dan Hous dalam Nanang Fatah(2009;24) adalah:

1). teori klasik adalah teori yang terikat waktu, hanya cocok diterapkan pada permulaan awal abad duapuluh,
2). teori ini mempunyai ciri-ciri deterministic, hanya menekankan pada prinsip-prinsip manajemen tanpa memperhitungkan dimensi dalam manajemen,
3). asumsi teori ini dirumuskan secara eksplisit.

Sumber:http://www.kompasiana.com/fajro14/teori-teori-manajemen-pendidikan_55004c1fa333115b745104b5

B. Teori Hubungan Manusiawi
Elton mayo dikenal sebagai perintis teori ini, ia mengembangkan teori ini berdasarkam penemuannya selama memimpin proyek hawthorne, beliau telah memberikan warna yang semarak dalam pengkajian masalah-masalah administrasi. Beberapa kesimpulan yang dapat diperoleh dan menarik adalah:

1. Bahwa ada hubungan erat antara perilaku dan sentiment
2. Kuatnya pengaruh kelompok terhadap perilaku individu
3. Ukuran kelompok amat efektif untuk menetapkan hasil.

Sumber: Dra. Juharni, M.Si.pengantar ilmu administrasi negara.CV SAH MEDIA: Makassar.

C. Teori Perilaku
Teori perilaku berpendapat bahwa perilaku dapat dipahami melalui tiga model pendekatan, yaitu modelpendekatan rasional, sosiologis, dan hubungan manusia. Prinsip-prinsip teori perilaku adalah sebagai berikut.

a). Dibutuhkan motivasi untuk meningkatkan komitmen pekerja
b). Proses manajemen tidak dapat diterapkan sebagai suatu proses teknik yang kaku
c). Manajemen harus sistematis dan sistemik
d). Organisasi dipandang sebagai satu kesatuan
e). Kepemimpinan diterapkan sesuai dengan situasi bawahannya
f). Manusia adalah unsur yang paling penting
g). Pendidikan dan pelatihan adalah bekal memahami dan menerapkan konsep-konsep manajemen. 
Teori perilaku ini berpangkal pada perilaku manusia yang tidak sepenuhnya nyata sebeb keunikan dan komplektisitas manusia.

Sumber: http://pgmifiainpurwokerto.blogspot.com/2016/03/bab-ipendahuluana.html?m=1

Harbert simon adalah orang yang paling terkemuka dalam pendekatan perilaku. Pada tahun 1947 simon menuliskan gagasan-gagasannya dalam sebuah buku yang berjudul "administrasi behavior" yang mengembangkan ide, gagasan dan kerja dari barnard. Simon menggunakan konsep "keseimbangan organisasi" sebagai titik sentral teorinya dalam memberikan dan mendorong motivasi dalam bekerja. Simon beranggapan bahwa organisasi sebagai suatu sistem pertukaran di mana imbalan ditukar dengan kerja.


D. Teori Kuantitatif
Perkembangan teori kuantitatif ditandai dengan tim-tim penelitian operasi untuk memecahkan masalah-masalah industri, karenanya teknik penelitian operasi sering disebut dengan pendekatan manajemen ilmiah. Teori ini dapat digunakan dalam kegiatan penting seperti dalam penganggaran modal, penjadwalan produksi, strategi pengembangan produksi, perencanaan sumber daya manusia. Kelemahan teori ini adalah kurang memberi perhatian kepada hubungan manusia.

Sumber:http://pgmifiainpurwokerto.blogspot.com/2016/03/bab-ipendahuluana.html?m=1

Kesimpulannya: teori kuantitatif dapat digunakan dalam kegiatan penting seperti dalam penganggaran modal, penjadwalan produksi, strategi pengembangan produksi, perencanaan sumber daya manusia.

E. Teori Sistem
Teori Sistem Sistem dapat diartikan sebagai gabungan dari sub-sub sistem yang menjadi satu kesatuan dan saling berkaitan. Teori berdasarkan sistem memendang bahwa sebuah organisasi adalah sebuah sistem. Organisasi dipandang sebagai satu keseluruhan yang terdiri dari bagian-bagian yang berkaitan dan akan berinteraksi dengan lingkungannya. Asumsi dasar dari teori ini adalah satu kegiatan dalam sebuah organisasi sangat menentukan dan berpengaruh terhadap kegiatan dari setiap bagian lainnya. Teori sistem memiliki pengaruh kuat dalam manajemen dan menjadi pendeatan dominan dalam kajian publik, seperti sosial dan politik. Kritikan terhadap teori sistem adalah bahwa teori sistem tidak akan banyak membawa perubahan yang berarti sebab akan bergerak harmonis, monoton, statis.

Sumber:http://pgmifiainpurwokerto.blogspot.com/2016/03/bab-ipendahuluana.html?m=1

F. Teori Kontingensi
Prinsip dalam teori kontigensi adalah bahwa efektivitas manajemen tergantung pada situasi yang melatarbelakangi. Tugas manajer dalam teori ini adalah mencari teknik yang paling baik untuk mencapai tujuan organisasi dengan melihat situasi, kondisi, dan waktu tertentu. Teori ini dianggap tidak menawarkan sesuatu yang baru dan mendapat banyak kritikan. Bahkan, dikatakan bahwa pendekatan ini sesungguhnya belum dapat dikatakan sebagai aliran atau disiplin manajemen baru, yang mempunyai batas-batas yang jelas.

Sumber:http://pgmifiainpurwokerto.blogspot.com/2016/03/bab-ipendahuluana.html?m=1

Kesimpulannya, pendekatan kontingensi merupakan suatu upaya untuk menentukan melalui kegiatan riset, praktik, dan teknik manajerial mana yang paling cocok dan tepat dalam situasi-situasi tertentu. Maka menurut pendekatan kontingensi situai-situasi yang berbeda mengharuskan adanya reaksi manajerial yang berbeda pula. Tugas manajer dalam teori ini adalah mencari teknik yang paling baik untuk mencapai tujuan organisasi dengan melihat situasi, kondisi, dan waktu tertentu.

Definisi lain dari Pendekatan Kontingensi
Pendekatan kontingensi merupakan sebuah cara berfikir yang komparatif (berdasarkan perbandingan) baru diantara teori-teori manajemen yang telah dikenal. Manajemen kontingensi berupaya untuk melangkah keluar dari prinsip-prinsip manajemen yang dapat diterapkan dan menuju kondisi situasional. Salah seorang penulis manajemen kontingensi yang bernama Fred Luthans menyatakan, “pendekatan-pendekatan tradisional dalam bidang manajemen, tidak salah atau keliru, tetapi dewasa ini mereka tidak terlampau cocok. Terobosan baru terhadap teori dan praktik manajemen dapat kita temukan pada pendekatan kontingensi.”
Raymond A. Katzell dalam sebuah makalahnya yang berjudul “Contrasting System Work Organization”, mengemukakan adanya lima macam parameter situasional :

a). Besar kecilnya organisasi yang bersangkutan
b). Tingkat interaksi dan interpendansi para anggota organisasi
c). Kepribadian para anggota organisasi
d). Tingkat kongruensi atau disparitas antara tujuan organisasi dan tujuan para karyawan organisasi yang bersangkutan
e). Siapa saja dalam organisasi yang bersangkutan memiliki kemampuan dan motivasi yang diperlukan untuk melaksanakan tindakan-tindakan guna mencapai sasaran organisasi tersebut.

Beberapa ilmuan manajemen tertarik pada pemikiran kontingensi, hal itu karena merupakan sebuah kompromis yang dapat dimanfaatkan antara pendekatan sistematik dan apa yang dapat dinamakan perspektif situasional murni. Pendekatan sistematik kerap kali dikritik orang karena pendekatan tersebut bersifat terlampau umum atau abstrak walaupun pandangan situasional murni yang mengasumsi bahwa setiap situasi kehidupan nyata memerlukan suatu pendekatan yang sangat berbeda telah dinyatakan orang sebagai hal yang terlampau spesifik.
Ada tiga macam pendekatan kontingensi :

1) Model kepemimpinan kontingnsi dari Friedler
2) Model tida dimensi kepemimpinan dari Reddin
3) Model kontinum kepemimpinan dari Robert Tanenbaum dan Warren Schmidt.


Sumber: http://arimahfuddin.blogspot.com/2013/08/makalah-pendekatan-kontingensi.html?m=1

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH FUNGSI DAN RUANG LINGKUP ADMINISTRASI PENDIDIKAN